JAKARTA: Laporan investigasi bertajuk 'Optima, Skandal yang Terperam' karya wartawan Bisnis Indonesia Arif Gunawan Sulistiyono meraih penghargaan tertinggi ajang tahunan Anugerah Adiwarta Sampoerna 2010 yang baru diumumkan malam ini.
Laporan Arif dimuat di dua edisi cetak Bisnis Indonesia 15 dan 16 Juli 2010. "Kemenangan ini saya persembahkan untuk kawan-kawan di Bisnis, terutama di desk bursa," kata Arif sesaat setelah pengumuman pemenang lomba tersebut.
Atas penghargaan bergengsi itu, Arif, mantan pemimpin redaksi majalah mahasiswa Hayam Wuruk Fakultas Sastra Undip ini, menerima tropi, sertifikat, dan uang tunai Rp27 juta. Karya Arif mengalahkan 5 laporan investigasi lain yang ditetapkan sebagai finalis.
Kelima laporan lain itu adalah 'Rupiah Dikejar, Limbah Terlupakan' (Hamdani, Tabloid Modus Aceh); 'Pondok Bambu Rasa Istana' (Yuliawati, Majalah Tempo); 'Perang Musiman Greenpeace-Sinar Mas' (Astari Yanuarti, Majalah Gatra); 'Dirobohkannya KPK Kami' (Irawan Santoso, Indonesiarayanews.com); dan 'Praktek Ilegal Upah Pungut' (Bagja Hidayat, Majalah Tempo).
Anugerah Adiwarta Sampoerna (AAS) adalah satu dari sangat sedikit penghargaan bergengsi bagi jurnalis Indonesia. Penghargaan lain yang gengsinya dianggap setara adalah ajang tahunan Mochtar Lubis Award, yang nominal hadiahnya masih paling tinggi, yakni Rp50 juta.
Selain kategori investigatif yang paling bergengsi, AAS menetapkan pemenang untuk 7 kategori lain, yakni hukum, politik, ekonomi bisnis, sosial, seni dan budaya, olahraga, serta lingkungan hidup. Pemenang untuk masing-masing kategori itu diganjar hadiah uang tunai Rp18 juta. (bsi)
Atas penghargaan bergengsi itu, Arif, mantan pemimpin redaksi majalah mahasiswa Hayam Wuruk Fakultas Sastra Undip ini, menerima tropi, sertifikat, dan uang tunai Rp27 juta. Karya Arif mengalahkan 5 laporan investigasi lain yang ditetapkan sebagai finalis.
Kelima laporan lain itu adalah 'Rupiah Dikejar, Limbah Terlupakan' (Hamdani, Tabloid Modus Aceh); 'Pondok Bambu Rasa Istana' (Yuliawati, Majalah Tempo); 'Perang Musiman Greenpeace-Sinar Mas' (Astari Yanuarti, Majalah Gatra); 'Dirobohkannya KPK Kami' (Irawan Santoso, Indonesiarayanews.com); dan 'Praktek Ilegal Upah Pungut' (Bagja Hidayat, Majalah Tempo).
Anugerah Adiwarta Sampoerna (AAS) adalah satu dari sangat sedikit penghargaan bergengsi bagi jurnalis Indonesia. Penghargaan lain yang gengsinya dianggap setara adalah ajang tahunan Mochtar Lubis Award, yang nominal hadiahnya masih paling tinggi, yakni Rp50 juta.
Selain kategori investigatif yang paling bergengsi, AAS menetapkan pemenang untuk 7 kategori lain, yakni hukum, politik, ekonomi bisnis, sosial, seni dan budaya, olahraga, serta lingkungan hidup. Pemenang untuk masing-masing kategori itu diganjar hadiah uang tunai Rp18 juta. (bsi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar